Info Sekolah
Kamis, 21 Nov 2024
  • MTs Negeri 15 Jakarta

IBADAH SEDERHANA PAHALA LUAR BIASA

Diterbitkan :

IBADAH SEDERHANA PAHALA LUAR BIASA

Oleh : H. Masudi, SAg

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Ada beberapa ibadah atau amalan yang sederhana tetapi pahalanya mengagumkan dan luar biasa. Diantaranya yaitu :

  1. Shalat Sunnah qobliyah subuh atau ( Shalat Sunnah Fajar )
  2. Shalat Subuh

 

  1. Shalat Sunnah qobliyah subuh atau ( Shalat sunnah Fajar )

 

Tidak terhitung setiap hari kita sering menyebut kata shalat, baik di rumah, sekolah, masjid, musholla, di tempat keramaian dll, apabila waktu shalat telah tiba bertanda panggilan Allah melalui azan terdengar begitu keras dan jelas, menandakan ibadah ini tergolong ibadah yang agung, sehingga kita bersiap untuk menyongsong keberkahan , menyambut ketaatan dan mendatangi keselamatan dunia akhirat.

Shalat merupakan perkara agama yang teramat penting, rukun Islam teragung setelah dua kalimat syahadat, serta induk pokok seluruh ibadah, semuanya termaktub dalam kalimat ibadah.

Dari sekian banyak ibadah terdapat ibadah yang sederhana, amalan kecil yang memiliki pahala besar dan luar biasa, yaitu shalat sunnah qobliyah subuh atau yang dikenal dengan  shalat sunnah fajar, yaitu shalat sunnah dua rakaat setelah masuk waktu subuh, sebelum melaksanakan shalat subuh.

Shalat ini tergolong shalat sunnah muakad yaitu shalat sunnah yang sangat dan sangat serta sangat diutamakan. Bahkan Rasulullah saw memberikan prioritas utama dibandingkan shalat sunah lainnya.

Dalam kitab Bulughul Maram karangan Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalany pada bab Shalatut Tathowwu hadits 377, Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah menjelaskan

وَعَنْهَا قَالَتْ : ( لَمْ يَكُنْ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَى شَيْءٍ مِنْ اَلنَّوَافِلِ أَشَدَّ تَعَاهُدًا

مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيْ اَلْفَجْرِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

 
‘Aisyah ra berkata: Nabi Saw tidak pernah memperhatikan sholat-sholat sunat

melebihi perhatiannya terhadap dua rakaat fajar. (Muttafaq Alaihi)

selain mendapatkan prioritas khusus dan utama, juga Rasulullah saw memberikan informasi berupa kabar gembira bagi mereka yang mampu dengan keimanan melangkahkan kakinya menuju masjid atau musholla penuh ketawadhuan untuk shalat sunnah fajar (qobliyah subuh ), dengan jaminan akan diberikan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.

عن بُريدَة – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : بَشِّرُوا المَشَّائِينَ في الظُّلَمِ إلى المَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ القِيَامَةِ)  رواه أبُو دَاوُدَ وَالتِّرمِذِيُّ .

Dari Buraidah ra, dari Nabi saw,  beliau bersabda,“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan menuju masjid-masjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud, no. 561; Tirmidzi, no. 223. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Shalat sunah fajar atau shalat sunah sebelum subuh, adalah tiket seorang hamba yang mampu sekuat tenaga mengalahkan kantuk, menghiraukan dinginnya malam disaat banyak manusia  masih tertidur pulas dengan mimpinya tetapi seorang yang beriman  hatinya ikhlas dan bersih dengan gagah menapakkan kakinya ke masjid guna menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah mencari ridhonya.

Malahan Rasulullah Saw memberikan jaminan yang lain dari pada ibadah lainnya yaitu berupa keberkahan dunia beserta isinya. Sebagaimana sabdanya

وَلِمُسْلِمٍ : ( رَكْعَتَا اَلْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلدُّنْيَا وَمَا فِيهَا )

Menurut riwayat Muslim: Dua rakaat shalat sunnah fajar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.

Rasulullah saw  memberikan jaminan yang sangat luar biasa bahwa Allah akan memberikan keberkahan dunia beserta isinya, betapa kayanya manusia yang mampu melakukan shalat sunnah fajar qabliyah subuh yang akan diberikan Allah,  ini baru shalat sunnah subuh apalagi melaksanakan shalat subuhnya, pasti Allah akan memberikan lebih dari itu.

Bahkan ukuran keimanan seseorang menurut Abu Faiq Khalilurrahman dalam bukunya yang berjudul amalan amalan-amalan kecil berpahala besar adalah mampu mengerjakan shalat subuh secara berjamaah sebagai tanda kemurnian iman seseorang, orang yang mampu karena Allah untuk menjaga shalat Isya dan Subuh adalah sosok keimananya mantap dan murni, sedangkan orang yang malas bahkan tidak mau ke Masjid atau Muhsolla untuk menjaga Isya dan Subuh yang di dalam dirinya ada sifat kemunafikan dan ada hati yang sedang sakit karena banyaknya maksiat dan dosa.

Penegasan ini sesuai hadits Rasulullah saw

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, “Sholat yang dirasakan berat bagi orang-orang munafik adalah sholat Isya dan sholat subuh, sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.”   (HR Muslim).

 

Dalam bukunya Hasan Zakaria Fulaifil berjudul Jangan Pernah Lalaikan Shalat mu pada nasehat ke 49 tentang jauhilah sifat-sifat orang munafik, menegaskan bahwa shalat Isya dan subuh adalah pembeda antara Muslim sejati dan muslim munafik, apapun alasannya atau argumentasinya tetap kita dinamakan munafik bila benar-benar lalai akan shalat Isya dan subuh kecuali ada udzur syar’I yang memang benar-benar menghalangi ibadaha karena lupa atau tertidur, atau benar-benar koma tak berdaya di rumah sakit.

Semoga kita semua mampu dan kuat untuk bergerak mencari keridhoan Allah salah satunya mengerjakan shalat Isya dan subuh secara berjamaah.

 

Redaksi : Materi berlanjut

 

“JAGALAH SHALATMU MESKI DIRIMU BELUM BAIK, BERUSAHALAH SETIAP HARI UNTUK MEMPERBAIKI SHALAT AGAR LEBIH  BAIK”

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqolany, Ibnu Hajar, Bulughul Maram,  ( Bandung : PT. Al-Ma’arif , 2003)

Zakaria Fulaifil, Hasan, Jangan pernah lalaikan shalatmu 50 Nashat Ruhani untuk yang lalai menunaikan shalat, ( Jakarta : Mirqat Publising, 2007 )

Nashirudin Al-Bani, Syekh Muhammad,  Sifat shalat Nabi Tata cara shalat sesuai denag tuntuna Rasulullah, ( Solo : PT. At-Tibyan, 2011 )

Ahmad bin Ismail Al-Muqaddim, Muhammad, Mengapa kita harus shalat ?,  (Jogyakarta : PT. Media Hidayah, 2010)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar

H. Masudi

Tulisan Lainnya

Oleh : mtsn15jkt

Saat Menulis